Oleh:
Yuniansah surya Paiman
Sore
itu, hujan datang dengan suara khasnya yang selalu kuingat. Tak ada memori buruk
yang harus kulupakan ketika hujan. Yang ada hanyalah kenangan indah bersamanya. Dulu saat aku dan teman-temanku mencuri
rambutan Pak Toha sambil mengelilingi desa dengan sebuah bola plastik. Ya,
itulah masa kecilku yang bisa dibilang bahagia. Terdengar suara angin yang
berhembus malu-malu, mulai terlihat uap air pada jendela kaca itu. Tanganku
sepertinya mulai terdorong untuk menuliskan “I LOVE YOU” pada jendela tersebut.
Hm, 3 kata yang mempunyai banyak makna.
Setelah lama mengenang masa kecil di
atas karpet yang bercorak seperti macan, terlintas dalam pikiranku tokoh-tokoh
idolaku dulu, seperti Batman, Power Rangers, Jiban, Satria Baja Hitam dan
Spiderman. Ingin sekali aku bertemu mereka sekarang, ataupun hanya untuk
sekedar mengucapkan “Hai, bagaimana kabarmu sekarang?”. Sebuah keinginan yang
entah kapan bisa terlaksana. Mungkinkah Batman masih bermusuhan dengan Joker,
atau malah sudah saling bekerja sama untuk mengajari renang pada temanku yang
masih mempunyai ketakutan terhadap air, misalnya. Rasa penasaranku semakin
dalam ketika aku memikirkan tokoh idolaku yang lain, Gatotkaca. Bagaimanakah
perasaannya ketika dia mulai bisa terbang layaknya seekor burung? Mungkin
sangat senang bermain di angkasa seperti layang-layang yang sering kumainkan
ketika SD. Suatu saat, pernah ayahku bercerita tentang gatotkaca. Cerita yang
sempat membuatku kagum padanya.
Raden Tetuka atau Gatotkaca adalah
anak dari perkawinan Bima dan Dewi Arimbi yang notabene merupakan keturunan
dari raksasa Arimba. Banyak orang senang atas kelahiran Gatotkaca, namun banyak
juga yang sedih ketika mengetahui tali pusarnya tidak bisa dipotong oleh alat
apapun. Terdengar kabar bahwa hanya senjata konta lah yang dapat memotong tali
pusar Gatotkaca. Konta merupakan sebuah keris yang seharusnya diberikan pada Arjuna,
namun entah apa yang terjadi keris itu malah jatuh ke tangan Karna. Mendengar
kabar itu, Arjuna segera merebut senjata itu dari Karna. Pertempuran Arjuna
dengan Karna yang notabene anak pertama dari Dewi Kunthi itupun terjadi. Arjuna
hanya bisa merebut sarung keris Konta, sementara kerisnya masih dibawa Karna
yang lari karena kelelahan. Tali pusar Gatotkacapun dapat terpotong dengan
sarung konta tersebut
Keesokan harinya terdengar berita
bahwa di Kahyangan telah terjadi kerusakan akibat ulah dari 2 raksasa. Para
dewa mendengar bahwa anak dari Bima dan Dewi Arimbi telah lahir. mereka tahu , hanya
anak itulah yang bisa menyelamatkan Kahyangan. Akhirnya, anak tersebut
dipanggil untuk naik ke Kahyangan. Raksasa itupun kaget, ketika tahu bahwa
lawan mereka hanya anak kecil yang masih belum bisa membedakan rasa ingin
kentut dengan ingin buang air besar. Mereka merasa terhina dan tidak mau
melawannya. Dengan segala sindiran dan cacian dari para dewa, Akhirnya kedua raksasa
itu mau melawan anak itu asalkan dia diubah menjadi sebesar para pandawa. Para
dewa pun membuang Gatotkaca beserta
beberapa pusaka Kahyangan ke Kawah candradimuka. Anak itupun tidak bisa
mengelak dari takdirnya. Selang tak berpa lama, muncul sosok tinggi besar dan
berotot ke udara. Ya,, itulah Gatotkaca. Pertempuranpun terjadi di Kahyangan.
Kedua raksasa tersebut akhirnya mati di tangan Gatotkaca.
Dewi Arimbi terkejut ketika melihat
seorang pria berjalan bersama suaminya ke rumah. Dia bertanya “Siapakah pria
berotot itu kang mas ?”. Dia adalah anakmu dinda”, sahut Bima. Betapa
terkejutnya Dewi Arimbi mendengarnya. Bima lalu menceritakan dengan bangga
kepada Dewi Arimbi akan keberhasilan
anaknya menyelamatkan Kahyangan dengan mengalahkan kedua raksasa itu. Bukan
kegembiraan yang dirasakan Dewi Arimbi, melainkan kesedihan melanda hatinya.
Bagaimana tidak sedih , ketika seharusnya dia masih ingin merasakan isapan
manja anaknya pada puting susunya. Ingin
melihat anaknya belajar berjalan dan mulai mengucapkan kata ibu padanya seperti
normalnya ibu. Dia semakin sedih ketika Gatotkaca ditunjuk menjadi pemimpin di
negara Pringgandani. Sekali lagi dia tidak bisa memungkiri takdirnya. Dia harus
memakmurkan rakyatnya dan mulai memikirkan taktik melawan Kurawa.
Pada suatu pagi yang cerah, Dewi
Arimbi sedang duduk menikmati udara sejuk yang disediakan alam untuknya. Lalu
terdengar langkah-langkah yang kian mendekat padanya. Ya, ternyata anaknya
Gatotkaca. Dia baru terbangun dari tidurnya dan berjalan keluar seakan ingin
mengucapkan selamat pagi padadunia.
“Apakah kamu tidak ingin mandi di kali bersama
teman-temanmu nak ?” tanya Dewi Arimbi.
“Aku
tidak diajak”, sahut Gatotkaca.
“Atau
hanya sekedar menangkap capung bersamaku ?”Tanya Dewi Arimbi.
“Terlalu
mudah bagiku “, jawab Gatotkaca sembari meninggalkan ibunya.
Memang
tubuhnya tampak kekar dan berotot seperti ayahnya, namun ada suatu hal di mana
hanya seorang ibu yang mengerti. Ya, walaupun dia sudah besar, namun tatapan
matanya masih seperti tatapan mata anak-anak lainnya yang masih ingin bermain
mobil-mobilan dari tanah liat dan memanjat pohon pisang bersama teman-temannya.
Mungkin memang benar ketika temanku
mengatakan bahwa sejarah itu berulang, ketika saat ini aku harus melihat anak
kecil yang sedang mengamen di pinggir jalan. Seharusnya mereka masih merasakan
asyiknya bermain kelerenng sambil membawa es lilin di tangan kirinya. Terlintas
dalam benakku , faktor apa yang membuat mereka seperti itu ? ekonomi ? paksaan
? atau apalah yang pasti hal tersebut tidak manusiawi sekali. Akankah hidup
mereka seperti Gatotkaca yang kehilangan masa kecilnya karena harus memikul
beban negaranya ?. Aku harap tidak , cukup seorang Gatotkaca saja lah yang
merasakannya.
Sejenak aku termenung mengingat apa yang
pernah kulihat saat itu. Sempat berfikir akankah ketika aku menjadi seorang
yang dipanggil ayah, aku masih bisa memberikannya masa kecil yang indah ?
ataukah aku hanya akan merampas masa indah itu dengan menuntutnya agar selalu
belajar setiap habis magrib dan harus menjadi bintang kelas di sekolahnya ?.inilah
yang belum kumengerti dari hidupku yang aneh ini. Ketika jaman sudah
mengharuskan anak untuk menjadi super secepatnya, tak banyak yang bisa
kulakukan agar masa kecilnya tidak terbuang dengan hal-hal yang membebaninya.
Semoga kelak aku tidak akan menjadi seorang perampok yang merampas kebahagiaan
indah yang harus dinikmati anakku dan kelak aku bisa mengatakan dengan bangga
pada teman-temanku bahwa inilah anakku .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar