Kamis, 13 Februari 2014

Galau Reog Ponorogo dan Harimau Nusantara



Oleh: Ardi Sugiarto
Kalau bicara tentang kesenian reog ponorgo berarti pula membicarakan pelestarian  budaya dan perlindungan terhadap binatang terancam punah.  Dalam hal ini yang di maksudkan adalah harimau.
Reog ponorogo adalah  kesenian yang berlatar belakang cerita kelono sewandono  dari kerajaan bantaring yang akan meminang  putri songgo langit dari kediri tetapi setelah prabu klono sewandono pergi ke kediri dan bertemu putri songgolangit, prabu kelono sewandono mendapatkan 1 syarat untuk meminangnya yaitu memberikan sebuah pertunjukan yang belum pernah ada sebelumnya, dan terciptalah kesenian reog  ponorogo sebagai syarat tersebut,
Dalam  kesenian reog ponorogo terdapat lima tokoh  yang diperankan, diantaranya: warok, jahtil, pujangga anom, kelono sewondono,dan dadak merak (sebagai unsur utama).  Perkembangannyapun sangat pesat, dimana hampir disetip pulau besar di nusantara memepunyai grup atau paguyuban reog, dengan semakin berkembangnya kesenian reog maka semakin banyak pula pengrajin  cekatakan ( kepala dadak  merak yang terbuat dari kayu dan kulit harimau), hal tersebut berdampak pada semakin mahal dan sulitnya mendapatkan kulit kepala hariamau.
 Di  bumi nusantara ini  terdapat  3 spesies harimau dengan daerah penyebaran: jawa(harimau jawa), bali (harimau bali), sumatra (harimau sumatra). Dari ketiga spesies harimau tersebut hanya harimau sumatra lah yang sampai saat ini bisa kita temui keberadaannya, walaupaun dengan status terancam punah, hal tersebutpun juga terjadi dengan harimau jawa dan harimau bali bahkan lebih parah, karena statusnya yang punah.
Hal tersebut  di akibat banyak faktor. Dintaranya ahli fungsi hutan  di sumatera menjadi perkebunan kelapa sawit dan pemukiman penduduk, dalam artian semakin banyaknya poerkebunan kelapa sawit dan naiknya angka pertumbuhan penduduk , maka semakin sempit habitat harimau sumetera untuk kelangsungan hidup (mencari  makan dan berkembang biak). Faktor tersebut di dukung dengan semakin banyaknya penebangan liar di bumi sumatera dan perburuan liar yang hasilnya di peruntukan untuk hiasan para kolektor ataupun  benda seni lainnya. Faktor tersebutpun berlaku dipulau jawa dan bali, dimana luas lahan hutan-hutan di jawa danbali semakin bekurang akibat semakin membludaknya pertumbuhan penduduk dan transmigran dari luar pulau, dan juga peburuan liar untuk benda seni.
Pernahkah kita berpikir ketika semakin banyaknya grup atau paguyuban reog baru berarti semakin terancap pula keberadaan hariamu dan merak yang ada di alam liar nusantara, mungkin alahkah baiknya jika kita juga memikirkan dengan kelestarian binatang-binatang tersebut. Denngan penangkaran binatang-binatang langka tersebut atau upaya menciptakan kulit  harimu dan bulu merak buatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar