Oleh: Yuniansyah
Seni... Sebuah kata yang memiliki banyak makna bagi mereka yang mampu
untuk menikmatinya, dan akan terasa hambar bagi mereka yang tidak bisa. Seni berjalan saling berdampingan dengan kehidupan.
Jika tidak ada seni dalam kehidupan ini, mungkin tidak akan ada gunung yang
hijau dan taman bunga yang cantik. Ki Hajar Dewantara mendefinisikan seni itu
merupakan sebuah cara yang kita lakukan untuk menyelesaikan sebuah tindakan dan
bersifat indah, menyenangkan dan dapat menggerakan jiwa manusia. Contohnya
dapat kita ambil dari kehidupan sehari-hari, misalnya menulis, makan, sepakbola
dan merokok.
Menurut cara pengungkapannya
seni dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu seni tradisional yang lebih berpedoman
pada kaidah turun-temurun dan seni modern yang umumnya terpengaruh dari budaya
barat. Seni dibedakan menjadi 5 jenis menurut media pengungkapannya, yaitu seni
rupa, sastra, musik,tari dan teater. Mengulas seni secara mendalam mungkin akan
tidak ada ujungnya seperti mencari ujung dari sebuah lingkaran. Daripada kita
bersusah payah mencoba untuk menelisik lebih jauh tentang definisi seni, lebih
efisien jika kita mencoba melakukan seni dengan seindah mungkin.
Seni musik khususnya. Sebenarnya
tingkat musikalitas pemusik indonesia tidak kalah dengan pemusik mancanegara. Bagiku
Balawan, Tohpati, dan Dewa bujana merupakan 3 maestro gitar Indonesia yang
tidak diragukan lagi skillnya. Bahkan sudah banyak group band yang Go
International. Hal itu menandakan bahwa, skill para pemusik Indonesia tidak
kalah dengan group asing. Diukur dari skill musikalitas Sebenarnya, masih banyak group band yang mampu untuk
bersaing di kancah International. Entah karena apa, mereka malah tidak bisa booming seperti yang lain. keberuntungan
, nasib, dan ekonomi menjadi faktor penghambat menurut mereka.
Banyak karya menarik dari musisi
Indonesia, namun mereka lebih memilih memendamnya sebagai koleksi pribadi.
Entah disadari atau tidak, musik pop mellow dan easy listening lebih menguasai pasar
musik di negeri kita ini. Seakan enggan menerima aliran selain itu. Bukankah
semakin menarik, ketika berbagai macam warna disatukan ?. Tentu hasilnya akan
menghasilkan sebuah warna baru.
Perlu kita sadari bahwa
mayoritas masyarakat kita adalah pekerja. Entah itu pada sektor agraris ,
maritim dan lainnya yang memerlukan tenaga lebih daripada di kantor. Waktu
mereka istirahat hanya sekitar 1/3 hari. Mereka memutar musik sekedar untuk
menghibur diri, disaat energi tubuh dan pikirannya terkuras saat kerja.
Hadirlah musik yang ber genre pop yang easy listening dan mellow untuk
menenagkan pikiran mereka. Sampai akhirnya, penjualan musik yang bergenre
seperti itu sangat laris di pasar.
Ketika
musik bergenre lain ingin melebarkan sayapnya, mereka terhambat olleh pasar .
bagaimana tidak ,penjualan lagu bergenre pop lebih tinggi penjualannya daripada
genre lain. Rumah produksi pun tidak mau mengambil resiko terlalu tinggi.
Mereka lebih berorientasi pada keuntungan. Bagaimana dengan genre lain? Hanya 2
pilihan untuk mereka, mengubah genrenya sesuai masyarakat atau mebuat pasar
sendiri. Mereka tidak memiliki pilihan lebih dari itu. Kalau sudah begini,
kreativitas mereka pun dibatasi oleh pasar. Mereka jadi kurang berani
mengeksplorasi lagu, karena terbayang-bayang oleh pasar. Jika kreativitas sudah
dibatasi, bagaimana kita mau bersaing di kancah Internasional. Sungguh miris
mendengarnya, namun inilah kenyataaan yang ada. Semoga kelak musisi-musisi
Indonesia masih mampu untuk bersaing di kancah Internasional.