Rabu, 29 Januari 2014

Tengkulak


Oleh: Pristiyono

Petani merupakan salah satu profesi yang dipandang sebelah mata. Bekerja di tempat yang panas, bukan termasuk pekerjaan yang dicita-citakan oleh banyak orang. Hal ini diperkuat dengan semakin berkurangnya minat anak muda untuk bekerja dalam bidang pertanian. Peran pemerintah yang kurang maksimal dalam bidang ini ikut menyumbang semakin tidak diminatinya bidang pertanian. 

Adanya tengkulak semakin memberikan kesan yang buruk pada nasib petani. Karena selama ini tengkulak dianggap sebagai lintah yang hanya menghisap tanpa memberikan manfaat bagi petani. Peran tengkulak yang selalu dianggap negatif memang tidak salah dan juga tidak selamanya benar. Bila dulu para petani harus meminjam uang kepada tengkulak untuk berusaha tani dengan bunga yang menjerat leher. Ketika panen petani harus menjual produknya kepada tengkulak dengan harga dibawah pasar. Hasil produksi tersebut akan dikurangi dengan hutang yang dimiliki petani .

Walaupun belum maksimal saat ini pemerintah dan perbankan mulai melirik pertanian, di beberapa tempat peran tengkulak bisa diminimalisir. Peran pemerintah dapat dilihat dengan penambahan penyuluh pertanian dan pelatihan untuk petani berdasarkan lokasi dan ilmu yang dibutuhkan petani. Seperti menyekolahkan petani pada tempat-tempat penelitian, pemberian bantuan saprodi (sarana produksi) juga mulai digalakkan. Memang kita sering melihat pemberian bantuan saprodi terkesan salah sasaran, hal ini dikarenakan kurang aktifnya petani untuk mengetahui apa sebenarnya kebutuhannya. 

Permodalan yang dianggap menjadi permasalahan utama sebenarnya berkorelasi dengan pemasaran. Banyak petani yang tidak memiliki barang untuk dijadikan agunan merupakan salah satu alasan untuk meminjam ke tengkulak yang tidak pernah menanyakan agunan. Kedekatan dengan tengkulak dan prosesnya yang tidak berbelit-belit mengakibatkan mereka enggan ataupun “ewuh pakewuh” untuk langsung meninggalkan tengkulak. Tengkulak sendiri berani memberi pinjaman tanpa jaminan dikarenakan kepastiaan petani untuk menjual produk kepadanya.

Kepastian pasar merupakan salah satu hal yang mengakibatkan perbankan belum berani terjun secara total ke bidang pertanian. Diharapkan petani mempunyai lembaga yang berani sebagai penjamin agar petani menjual produknya ke lembaga tersebut. Kepastian tempat penjualan ini mendorong perbankan untuk memberikan pinjaman ke petani.

Suatu contoh di daerah Jember ada KSU Indokom yang mendapat pinjaman dari Bank Syariah Mandiri. Pemberian pinjaman ke KSU Indokom dikarenakan adanya kepastian pasar bahwa petani kopi akan menjual produknya ke PT Indokom Citra Persada (selaku Penjamin) melalui KSU Indokom. Begitu petani mendapat pinjaman dari KSU Indokom nilai tawar petani menjadi meningkat, karena petani mempunyai alternatif peminjaman uang dan pemasaran.

Semakin banyaknya lembaga keuangan yang melirik pertanian, sedikit demi sedikit mulai menggeser posisi tengkulak. Saat ini banyak tengkulak yang menitipkan uangnya ke petani untuk digunakan sebagai modal berusaha tani. Tengkulak berharap nanti ketika panen, petani akan menjual produk kepadanya.

Dengan adanya kemudahan permodalan dan pemasaran serta nilai tawar petani diharap akan semakin banyak orang yang  tertarik bekerja di bidang pertanian. Tidak harus menjadi petani, entah menjadi pedagang, pemberi modal atau sebagai koordinator petani.
Semoga....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar