Oleh: Pristiyono
Petani merupakan salah satu
profesi yang dipandang sebelah mata. Bekerja di tempat yang panas, bukan
termasuk pekerjaan yang dicita-citakan oleh banyak orang. Hal ini diperkuat
dengan semakin berkurangnya minat anak muda untuk bekerja dalam bidang
pertanian. Peran pemerintah yang kurang maksimal dalam bidang ini ikut
menyumbang semakin tidak diminatinya bidang pertanian.
Adanya tengkulak semakin
memberikan kesan yang buruk pada nasib petani. Karena selama ini tengkulak
dianggap sebagai lintah yang hanya menghisap tanpa memberikan manfaat bagi
petani. Peran tengkulak yang selalu dianggap negatif memang tidak salah dan
juga tidak selamanya benar. Bila dulu para petani harus meminjam uang kepada
tengkulak untuk berusaha tani dengan bunga yang menjerat leher. Ketika panen
petani harus menjual produknya kepada tengkulak dengan harga dibawah pasar.
Hasil produksi tersebut akan dikurangi dengan hutang yang dimiliki petani .
Walaupun belum maksimal saat ini
pemerintah dan perbankan mulai melirik pertanian, di beberapa tempat peran
tengkulak bisa diminimalisir. Peran pemerintah dapat dilihat dengan penambahan
penyuluh pertanian dan pelatihan untuk petani berdasarkan lokasi dan ilmu yang
dibutuhkan petani. Seperti menyekolahkan petani pada tempat-tempat penelitian,
pemberian bantuan saprodi (sarana produksi) juga mulai digalakkan. Memang kita
sering melihat pemberian bantuan saprodi terkesan salah sasaran, hal ini
dikarenakan kurang aktifnya petani untuk mengetahui apa sebenarnya
kebutuhannya.
Permodalan yang dianggap menjadi
permasalahan utama sebenarnya berkorelasi dengan pemasaran. Banyak petani yang
tidak memiliki barang untuk dijadikan agunan merupakan salah satu alasan untuk
meminjam ke tengkulak yang tidak pernah menanyakan agunan. Kedekatan dengan
tengkulak dan prosesnya yang tidak berbelit-belit mengakibatkan mereka enggan
ataupun “ewuh pakewuh” untuk langsung meninggalkan tengkulak. Tengkulak sendiri
berani memberi pinjaman tanpa jaminan dikarenakan kepastiaan petani untuk
menjual produk kepadanya.
Kepastian pasar merupakan salah
satu hal yang mengakibatkan perbankan belum berani terjun secara total ke
bidang pertanian. Diharapkan petani mempunyai lembaga yang berani sebagai
penjamin agar petani menjual produknya ke lembaga tersebut. Kepastian tempat
penjualan ini mendorong perbankan untuk memberikan pinjaman ke petani.
Suatu contoh di daerah Jember ada
KSU Indokom yang mendapat pinjaman dari Bank Syariah Mandiri. Pemberian pinjaman
ke KSU Indokom dikarenakan adanya kepastian pasar bahwa petani kopi akan
menjual produknya ke PT Indokom Citra Persada (selaku Penjamin) melalui KSU
Indokom. Begitu petani mendapat pinjaman dari KSU Indokom nilai tawar petani
menjadi meningkat, karena petani mempunyai alternatif peminjaman uang dan
pemasaran.
Semakin banyaknya lembaga
keuangan yang melirik pertanian, sedikit demi sedikit mulai menggeser posisi
tengkulak. Saat ini banyak tengkulak yang menitipkan uangnya ke petani untuk digunakan
sebagai modal berusaha tani. Tengkulak berharap nanti ketika panen, petani akan
menjual produk kepadanya.
Dengan adanya kemudahan
permodalan dan pemasaran serta nilai tawar petani diharap akan semakin banyak
orang yang tertarik bekerja di bidang pertanian.
Tidak harus menjadi petani, entah menjadi pedagang, pemberi modal atau sebagai
koordinator petani.
Semoga....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar