Rabu, 22 Januari 2014

silaturohmi

Oleh : Pristiyono


‘’Pris bagaimana kabarnya?’’

Kalimat itu yang tiba-tiba muncul di hp saya, nomor yang tidak saya kenal. ‘’Baik, kamu gimana?
maaf ini nomor siapa?’’ kataku. Ternyata itu nomor dari kawan lama yang sudah lama tidak tahu kabar keberadaannya. Entah mengapa, seharusnya ada perasaan senang ketika ada teman yang mau meluangkan waktunya untuk sekedar mengingat saya. Namun kali ini beda, langsung timbul pertanyaan atau malah tepatnya curiga ada apa gerangan?

Ternyata saya sudah melupakan apa itu silaturohmi. Kalau dulu, orang mengenal silaturohmi tanpa tendensi. Saya masih ingat, dulu seringkali ada teman Bapak yang tiba-tiba mampir ke rumah. Ya, hanya sekedar mampir tanpa ada tendensi selain menyambung silaturohmi. Motif yang sederhana, dan hal itu merupakan hal yang sangat lumrah di jamannya.Berbeda dengan sekarang, kalau tiba-tiba ada orang yang hadir kita akan curiga. Seperti saya tadi tentunya. Hal yang seharusnya bisa menjadi sesuatu yang lumrah dan menarik harus dicurigai dengan pertanyaan ini itu, kecurigaan ini itu.

Di saat memikirkan hal ini saya melihat keponakan saya yang baru berusia 4 tahun. Tadi dia sempat berantem dengan temannya. Belum ada satu jam, temannya sudah datang lagi dan keponakan saya langsung tersenyum kemudian mereka sudah bermain bersama-sama seperti tidak pernah mengingat pertengkarang sebelumnya.  Melihat ketulusan yang dipancarkan mereka lebih menarik dari pada kecurigaan yang ditawarkan pada kawan. Ternyata kita perlu belajar pada anak kecil tentang arti ketulusan dan pertemanan.

Ingat kata-kata bijak, bila kita benci seseorang maka kita akan selalu curiga dengan ketulusan yang dia berikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar