Kamis, 30 Januari 2014

Tentang Mahasiswa dan Presiden yang Berprestasi


Oleh: Rhugandanu

Beberapa hari ini, teman-teman kuliah saya sedang sibuk-sibuknya menyusun jadwal kuliah semester berikutnya. Orang-orang biasa menyebutnya KRS-an. Kita tahu, KRS-an menentukan bagaimana jadwal kuliah yang tepat. Hal ini berhubungan dengan teman-teman dekat kita yang nantinya sekelas, siapa dosen yang akan mengajar, hari dan jam kuliah yang urut, hingga gadis incaran kita nantinya sekelas atau tidak. Ataupun alasan-alasan klasik lainnya. Entah semua itu memang kebiasaan, ikut-ikutan, atau bahkan ideologi, hal itu menjadikan sesuatu yang menarik bagi mahasiswa yang menikmatinya. Biasanya yang merasakan hal tersebut adalah mahasiswa-mahasiswa yang ber-sks tinggi. Namun, ada juga mahasiswa-mahasiswa yang ber-sks non-tinggi, yang kemudian beberapa diantaranya jadi pengeluh bin galau bin misuhi dosen, terhadap KRS-an biasanya tidak peduli-peduli amat, santai berlebih, dan malah malas move on. Suatu hari, ada teman yang setelah mendapat ip kecil-kecilan, kemudian update status facebook, “Tuhan tidak memberikan cobaan melebihi kemampuan umat-Nya, tetapi dosen memberi cobaan melebihi kemampuan mahasiswanya.”. Semoga dia segera diberi hidayah. Tapi, ada juga mereka yang justru hal ini sebagai cambuk untuk mendapat nilai lebih baik di semester berikutnya.
Mahasiswa, kita tahu, merupakan agent of change. Di masa depan, mahasiswa akan menggantikan pihak-pihak lama dalam berbagai bidang. Dengan membawa ide-ide baru nan segar, kita berharap nantinya mahasiswa-mahasiswa yang benar-benar baik bibit, bebet, bobotnya menjadi pemimpin di bidang apapun itu. Bidang politik misalnya, tentu anda tidak berharap dipimpin oleh presiden yang dulunya adalah mahasiswa abal-abal, atau asal ngampus yang penting lulus. Tetapi, mahasiswa yang cemerlang tentunya. Entah itu dulunya ber-ipk 4, aktif di suatu organisasi, atau apapun yang memang mahasiswa berkualitas dengan pertimbangan anda sendiri-sendiri. Toh, pada akhirnya anda juga yang memilih siapa calon presiden nantinya. Nah, apalagi yang hanya lulusan sekolah menengah kemudian nyapres. Mau dibawa kemana negeri ini? Bukannya saya merendahkan lulusan sekolah menengah, tetapi untuk jadi pemimpin negara dan pemerintahan, saya rasa haruslah berpendidikan tinggi. Kecuali jika orang tua anda adalah mantan presiden, hal itu bisa saja terjadi. Bu Mega misalnya. Tetapi jika anda bukan anak siapa-siapa, hanya lulusan sekolah menengah, memaksa diri jadi presiden, ya tidak apa-apa kok. Tidak ada salahnya mencoba, urusan terpilih tidaknya  ya belakangan. Tetapi, saya sarankan jangan. Kecuali memang begitu adanya masih saja memaksa, ya… wani piro?
Bicara tentang presiden, tahun ini adalah tahun pemilu. Selain eksekutif, juga ada pemilihan legislatif. Sekali lagi, anda yang memilih dengan berbagai pertimbangan anda sendiri. Sebagai perbandingan, mulai era Pak Soekarno hingga Pak SBY semuanya memiliki kelebihan masing-masing. Ada yang nasionalis, militer, ilmuwan, hingga kiai. Percaya atau tidak, andalah yang dahulu menentukan mereka menjadi pucuk pimpinan negeri ini. Masing-masing juga memiliki prestasi sendiri-sendiri selama masa kepemimpinannya. Namun, hal-hal yang dilakukan oleh beberapa dari mereka setelah habis masa kepemimpinannya, menurut saya patut untuk dicermati. Pak Habibie lebih sering menjadi narasumber dalam banyak acara talk show di tv. Beliau mungkin yang paling diingat banyak orang adalah karena novel dan filmnya, tentang kehidupannya waktu masih muda dulu yang berkisah tentang cintanya. Pak Soekarno pun demikian Atau Bu Mega yang katanya mau nyapres lagi. Tetapi saya cukup menaruh hormat kepada Pak Jusuf Kalla karena beliau tidak memperlihatkan perangai aneh seorang politikus setelah gagal mencalonkan diri lagi dalam pilpres 2009 lalu. Yang pernah saya baca di koran, beliau memilih bergiat di PMI. Misalnya, aktif meningkatkan cadangan kantong darah di Indonesia untuk pasien rumah sakit dan korban bencana alam. Tahun lalu, beliau juga menyumbang uang dalam jumlah besar melalui Kalla Foundation untuk menggratiskan biaya sekolah bagi anak miskin di wilayah Bone. Hingga akhirnya Pak JK oleh majalah Forbes dicantumkan sebagai dermawan dunia dari Indonesia bersama dengan dermawan-dermawan dari negara lainnya. Saya selalu senang membaca berita tentang orang-orang yang mendapatkan penghargaan karena prestasi mereka. Darinya, kita mendapatkan inspirasi. Beliau membuat kita mampu melihat hal-halbaik di depan sana.
Namun, pemimpin yang paling berprestasi menurut saya adalah Pak SBY. Dari artikel yang pernah saya baca, beliau banyak mendapat penghargaan dari luar negeri. Itu prestasi besar. Terutama di bidang perdamaian, toleransi dan peniadaan konflik etnis. Waktu itu, pendukung maupun pemujanya senang, pengkritiknya tidak setuju. Deplu AS sempat mengeluarkan pernyataan tentang kegagalan pemerintahan Pak SBY dalam urusan toleransi antarumat beragama. Ini sikap yang patut dicermati sungguh-sungguh mengingat AS adalah negara yang oleh pak SBY diakui sebagai tanah air keduanya. Tetapi, mungkin jumlah penghargaan beliau akan bertambah sekiranya padi supertoy, proyek andalan pada periode pertama pemerintahannya, bukan proyek abal-abal. Dalam satu artikel, Franz Magnis-Suseno, pastor yang biasanya lembut menulis surat terbuka yang intinya berisi penolakan kerasnya terhadap penghargaan yang diterima Pak SBY. “Presiden SBY tidak pernah mengeluarkan satu kata pun untuk membela kaum minoritas,” katanya. Kemudian Sekretaris Kabinet Dipo Alam menanggapi protes Magniz dengan menyatakan bahwa penglihatan Romo Magniz dangkal. Itu tanggapan yang membuat pengacara senior Adnan Buyung Nasution berang dan ingin menggamparnya.
Di luar pertikaian mulut di antara yang mendukung dan menolak, saya lebih suka membayangkan Pak SBY menjawab pemberian penghargaan itu, misalnya, dengan mengatakan,” Saya berterima kasih atas penghargaan itu, tetapi saya tidak bisa menerimanya sebelum setiap orang di negeri ini benar-benar menikmati hidup damai. Saya merasa tidak berhak atas pemberian penghargaan ini jika ada satu saja orang di negeri ini tertindas karena keyakinannya.”.

Semar dan.....


Oleh: Yuniansyah Surya Pratama   
             
                Wayang.. Ya, mungkin kita sudah sering mendengar kata itu. Bahkan, semenjak saat kita masih merasakan kehangatan lumpur ketika bermain bola bersama teman-teman kecil kita dulu, yang juga masih sering menangis kalau orang tuanya lupa membuatkan segelas susu saat akan berangkat sekolah. Namun keberadaan wayang, atau lebih luas lagi, yakni kesenian tradisional sekarang sudah tidak sama lagi seperti dulu. Banyak anak-anak yang menanyakan pada ayahnya, “Apa sih ludruk itu?”, misalnya. Akan menjadi miris ketika sang ayah tidak bisa menjawabnya. Memang tak bisa kita pungkiri bahwa pamor seni tradisional sudah mulai meredup. Tatkala kini begitu banyaknya media massa yang mempertontonkan tayangan-tayangan dengan stigma bahwa hidup itu harus kaya, atau penampilan harus oke dengan banyak kekasih tentunya. Dan masyarakat kini pun mengamininya.

                Dalam dunia pewayangan kita mengenal Semar. Nama aslinya adalah Bathara Ismaya. Ia adalah salah satu punggawa punakawan yang berwajah aneh seperti karpet kusam, yang tidak jelas lagi warnanya. Namun sebenarnya ia merupakan sosok yang  berpengaruh dalam kehidupan di kahyangan. Pada saat beliau ingin memperebutkan sebuah tempat sebagai penguasa alam, ia melakukan sebuah kesalahan besar yang menyebabkan penampilan semar berubah seperti yang kita kenali saat ini. Tetapi ia sendiri bingung, apakah ia pria atau wanita. 

                Namun kharisma dari Semar atau sering juga dipanggil Ki Lurah Semar Badranaya itu masih terlihat. Memang dia bukan pemeran utama dalam beberapa pagelaran wayang. Dan Semar sendiri muncul saat goro-goro. Goro-goro adalah dimana keadaan alam telah benar-benar semrawut. Gunung-gunung meletus, langit serasa hitam kelam dan matahari seperti berada sejengkal saja di atas kepala kita. Dan ia selalu datang pada saat goro-goro itu terjadi. Pada saat kahyangan tengah dilanda kesemrawutan itu, ia datang dengan kharismanya. Mungkin memang perannya di dalam panggung sandiwara pewayangan adalah sebagai problem solving yang selalu datang ditengah keributan.

                Dalam kehidupanku kini, panggung sandiwaraku sendiri, seringkali timbul masalah-masalah yang entah dari mana datangnya. Mungkin memang telah ada sutradaranya sendiri. Dalam panggung ini mungkin peranku hanyalah sebagian kecil darinya dan aku pun hampir tidak tahu apa judul ini. Apakah aku terlalu cuek dalam sandiwara ini, entahlah... Namun, di dalam peranku yang hanya sedikit ini, aku tahu ada beberapa konflik yang terjadi pada pemeran utama. Namun aku dan kemampuanku masih belum mampu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Karena kemampuanku kini hanya cukup untuk membuat layang-layang dari sepotong bambu, kertas, benang dan lem kertas.

Namun sampai kapan panggung sandiwaraku ini dapat berjalan dengan judul yang jelas? Apakah hanyalah sebuah impian, seperti cebol yang selalu merindukan bulan. Pernah suatu saat aku bermimpi akan kehadiran sosok Semar dalam sandiwara ini. Yang hadir sebagai problem solving dalam setiap masalah yang ada. Mungkin panggung sandiwaraku ini akan berjalan sedikit lebih lancar. Mungkin hanya sebuah impian kecil dari mahkluk yang tidak mampu dan tidak mau berusaha untuk merubah panggung sandiwaranya sendiri. Semoga Tuhan mau memberi sosok Semar dalam panggung sandiwaraku ini. Amin..


Rabu, 29 Januari 2014

Tengkulak


Oleh: Pristiyono

Petani merupakan salah satu profesi yang dipandang sebelah mata. Bekerja di tempat yang panas, bukan termasuk pekerjaan yang dicita-citakan oleh banyak orang. Hal ini diperkuat dengan semakin berkurangnya minat anak muda untuk bekerja dalam bidang pertanian. Peran pemerintah yang kurang maksimal dalam bidang ini ikut menyumbang semakin tidak diminatinya bidang pertanian. 

Adanya tengkulak semakin memberikan kesan yang buruk pada nasib petani. Karena selama ini tengkulak dianggap sebagai lintah yang hanya menghisap tanpa memberikan manfaat bagi petani. Peran tengkulak yang selalu dianggap negatif memang tidak salah dan juga tidak selamanya benar. Bila dulu para petani harus meminjam uang kepada tengkulak untuk berusaha tani dengan bunga yang menjerat leher. Ketika panen petani harus menjual produknya kepada tengkulak dengan harga dibawah pasar. Hasil produksi tersebut akan dikurangi dengan hutang yang dimiliki petani .

Walaupun belum maksimal saat ini pemerintah dan perbankan mulai melirik pertanian, di beberapa tempat peran tengkulak bisa diminimalisir. Peran pemerintah dapat dilihat dengan penambahan penyuluh pertanian dan pelatihan untuk petani berdasarkan lokasi dan ilmu yang dibutuhkan petani. Seperti menyekolahkan petani pada tempat-tempat penelitian, pemberian bantuan saprodi (sarana produksi) juga mulai digalakkan. Memang kita sering melihat pemberian bantuan saprodi terkesan salah sasaran, hal ini dikarenakan kurang aktifnya petani untuk mengetahui apa sebenarnya kebutuhannya. 

Permodalan yang dianggap menjadi permasalahan utama sebenarnya berkorelasi dengan pemasaran. Banyak petani yang tidak memiliki barang untuk dijadikan agunan merupakan salah satu alasan untuk meminjam ke tengkulak yang tidak pernah menanyakan agunan. Kedekatan dengan tengkulak dan prosesnya yang tidak berbelit-belit mengakibatkan mereka enggan ataupun “ewuh pakewuh” untuk langsung meninggalkan tengkulak. Tengkulak sendiri berani memberi pinjaman tanpa jaminan dikarenakan kepastiaan petani untuk menjual produk kepadanya.

Kepastian pasar merupakan salah satu hal yang mengakibatkan perbankan belum berani terjun secara total ke bidang pertanian. Diharapkan petani mempunyai lembaga yang berani sebagai penjamin agar petani menjual produknya ke lembaga tersebut. Kepastian tempat penjualan ini mendorong perbankan untuk memberikan pinjaman ke petani.

Suatu contoh di daerah Jember ada KSU Indokom yang mendapat pinjaman dari Bank Syariah Mandiri. Pemberian pinjaman ke KSU Indokom dikarenakan adanya kepastian pasar bahwa petani kopi akan menjual produknya ke PT Indokom Citra Persada (selaku Penjamin) melalui KSU Indokom. Begitu petani mendapat pinjaman dari KSU Indokom nilai tawar petani menjadi meningkat, karena petani mempunyai alternatif peminjaman uang dan pemasaran.

Semakin banyaknya lembaga keuangan yang melirik pertanian, sedikit demi sedikit mulai menggeser posisi tengkulak. Saat ini banyak tengkulak yang menitipkan uangnya ke petani untuk digunakan sebagai modal berusaha tani. Tengkulak berharap nanti ketika panen, petani akan menjual produk kepadanya.

Dengan adanya kemudahan permodalan dan pemasaran serta nilai tawar petani diharap akan semakin banyak orang yang  tertarik bekerja di bidang pertanian. Tidak harus menjadi petani, entah menjadi pedagang, pemberi modal atau sebagai koordinator petani.
Semoga....

Rabu, 22 Januari 2014

silaturohmi

Oleh : Pristiyono


‘’Pris bagaimana kabarnya?’’

Kalimat itu yang tiba-tiba muncul di hp saya, nomor yang tidak saya kenal. ‘’Baik, kamu gimana?
maaf ini nomor siapa?’’ kataku. Ternyata itu nomor dari kawan lama yang sudah lama tidak tahu kabar keberadaannya. Entah mengapa, seharusnya ada perasaan senang ketika ada teman yang mau meluangkan waktunya untuk sekedar mengingat saya. Namun kali ini beda, langsung timbul pertanyaan atau malah tepatnya curiga ada apa gerangan?

Ternyata saya sudah melupakan apa itu silaturohmi. Kalau dulu, orang mengenal silaturohmi tanpa tendensi. Saya masih ingat, dulu seringkali ada teman Bapak yang tiba-tiba mampir ke rumah. Ya, hanya sekedar mampir tanpa ada tendensi selain menyambung silaturohmi. Motif yang sederhana, dan hal itu merupakan hal yang sangat lumrah di jamannya.Berbeda dengan sekarang, kalau tiba-tiba ada orang yang hadir kita akan curiga. Seperti saya tadi tentunya. Hal yang seharusnya bisa menjadi sesuatu yang lumrah dan menarik harus dicurigai dengan pertanyaan ini itu, kecurigaan ini itu.

Di saat memikirkan hal ini saya melihat keponakan saya yang baru berusia 4 tahun. Tadi dia sempat berantem dengan temannya. Belum ada satu jam, temannya sudah datang lagi dan keponakan saya langsung tersenyum kemudian mereka sudah bermain bersama-sama seperti tidak pernah mengingat pertengkarang sebelumnya.  Melihat ketulusan yang dipancarkan mereka lebih menarik dari pada kecurigaan yang ditawarkan pada kawan. Ternyata kita perlu belajar pada anak kecil tentang arti ketulusan dan pertemanan.

Ingat kata-kata bijak, bila kita benci seseorang maka kita akan selalu curiga dengan ketulusan yang dia berikan.


Selasa, 21 Januari 2014

Kemeyekisasi dalam Menyikapi Waralaba Fast Food

      oleh: Rio Adhi Iwanto

       Dewasa ini banyak cara untuk menaikkan prestise seseorang. Mulai dari gaya hidup yang glamor, cara berbicara, fashion yang up to date, hingga urusan perut. Salah satu yang sedang  booming di Indonesia tentang berkembangnya waralaba-waralaba fast food yang tumbuh bak jamur di musim hujan adalah gaya hidup dalam memilih temapt makan. Tidak heran lagi globalisasi membawa urusan perut sebagai urusan bisnis yang menggiurkan. Sebut saja MC D, KFC, CFC, Hoka-hoka Bento, Solaria, Pizza Hut,dan masih banyak lagi.
      Lucunya di Indonesia makan atau nongkrong di kedai fast food sudah menjadi gaya hidup. Salah satu hal yang diamini oleh penikmat fast food di Indonesia adalah untuk meningkatkan prestise. Tak jarang sebagian orang lebih bangga makan di waralaba-waralaba fast food kemudian memamerkannya dengan bangganya melalui media sosial hingga sejenak mengubah dirinya sebagai komentator kuliner kelas wahid. Hal tersebut yang mengubah pola pikir bahwa makan di kedai fast food itu adalah orang-orang gaul yang tajir dan sebaliknya sedangkan orang yang belum perna makan di waralaba-waralaba fast food dianggap sebagai orang yang kurang gaul atau sebagainya.
      Fakta di negara asalnya, fast food digolongkan sebagai junk food atau makanan sampah yang tidak banyak mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Sebaliknya fast food banyak mengandung zat-zat yang kurang baik seperti bahan pengawet yang berlebihan hingga kadar kolesterol yang tinggi. Banyak juga parodi-parodi yang muncul di media sosial yang menggambarkan sisi negatif dari fast food, mulai dari obesitas hingga kematian. Faktanya lagi di negara asalnya fast food merupakan makanan yang murah dan banyak dikonsumsi oleh kalangan menengah ke bawah yang notabene adalah pekerja yang membutuhkan makanan yang cepat. Sedangkan untuk mendapatkan makanan yang sehat mereka harus membutuhkan waktu yang agak lama dan tentunya akan merogoh kantong dalam-dalam.
      Think smart, ASEAN Economic Community akan segera dimulai, bijaklah dalam memilah dan memilih . Stop Kemenyekisasi!

Nasib Pandawa Lima dan Akhir Kerajaan Astina

oleh: (Yuniansyah Surya Payman)


Setelah perang besar Baratayudha berakhir dengan kemenangan telak di pihak Pendawa lima, maka mereka pun boyongan kembali ke singgasana kerajaan Astina pura. Saat itu seluruh Korawa yang berjumlah 100 orang sudah tamat riwayatnya tewas dalam perang besar tersebut. Mereka sebagai simbol angkara murka/ketamakan. Sedangkan Pendawa lima sebagai simbol kebaikan/keutamaan tetap utuh lima. Saat itu para pendawa lima sudah mulai memasuki usia senja. Yudhistira meletakan jabatannya dan memberinya kepada Parikesit cucu Arjuna, satu-satunya pewaris tahta yang hidup dan diharapkan sebagai penerus dan pewaris negara astina yang luas sekali wilayahnya.
            Setelah Kresna wafat, Yudhistira yang sudah bosan dengan segala hal duniawi memutuskan untuk pergi ziarah tapa ke puncak gunung himalaya. Keempat adiknya memutuskan ikut bertapa dengannya bersama-sama meninggalkan duniawi, meninggalkan kekuasaan, kekayaan, istri dan segala macam kemelekatan duniawi. Drupadi, istri Yudhistira memutuskan untuk ikut bertapa dengan suaminya karena selama ini mereka selalu bersama susah dan senang. Drupadi selalu menyertai Yudhistira bahkan sewaktu di pembuangannya bersama para pandawa selama 14 tahun. Akhirnya Pandawa dan Drupadi bersama-sama mendaki gunung himalaya. Dikaki gunung, seekor anjing mengikuti Yudhistira. Kemana Yudhistira berjalan si anjing mengikuti. Awalnya anjing itu hendak diusir oleh adik-adiknya, tetapi karena melihat anjing hitam itu, kurus tetapi kuat Yudhistira mencegahnya dan membiarkan anjing itu ikut bersama mereka mendaki gunung. Tak berapa lama Drupadi terjatuh, badannya lemah sekali. Hawa gunung himalaya yang dingin dan sulitnya jalur pendakian membuat Drupadi kehabisan tenaga. Drupadi yang notabene menjadi istri kelima pandawa tersebut meninggal dipangkuan Yudhistira. Yudhistira menahan rasa sedihnya dan meninggalkan jenasah istri tercintanya dan melanjutkan perjalanan.
            Gunung himalaya memang ganas, tak puas membunuh Drupadi, kini Sadewa jatuh tersungkur kelelahan. Tak berapa lama kemudian, disusul oleh nakula yang juga tertelan ganasnya gunung Himalaya. Yudhistira hanya menghela napas melihat adik-adiknya meninggal. Bima dan Arjuna sangat terpukul dengan kematian adik-adiknya, mereka bertanya kepada Yudhistira mengapa adik-adik yang mereka sayangi kini meninggal? Yudhistira yang menahan sedih berkata bahwa Sadewa meninggal karena merasa dia yang paling pandai diantara mereka. Begitu pula dengan nakula yang merasa dirinyalah yang paling pintar dan cakap.
               Masih dalam kesedihan yang mendalam Arjuna berjalan sempoyongan dan berkata kepada kakak-kakaknya untuk melanjutkan perjalanan tanpanya. Arjuna Kemudian meninggal. Arjuna meninggal karena merasa yang paling sakti dan tampan, tidak ada yang bisa menandinginya. Kini Tinggal Yudhistira, Bima dan anjing yang melanjutkan perjalanan. Kini perjalanan menuju puncak Himalaya tinggal sepertiga perjalanan lagi. Tiba-tiba Bima terjatuh, nafasnya berat, kemudian Bimapun akhirnya meninggal. Bima meninggal karena merasa yang dialah yang paling kuat. Bagaimana dengan Yudhistira? orang yang selama ini dianggap lemah dan bodoh masih mendaki gunung himalaya dengan tekad kuat. Yudhistira kini hanya dengan anjingnya melihat jenasah adik-adiknya di lereng gunung. Kemudian dia melihat keatas, tampak puncak himalaya yang disinari matahari. Segera ia mempercepat langkahnya, dan tak terasa sampailah Yudhistira dipuncak gunung Himalaya.
              Seketika itu, langit terbelah dan Dewa Indra turun dari langit menaiki kereta kencana, dia mengajak Yudhistira menuju Surga. Bagaimana dengan anjing ini? kata Yudhistira. Anjing tidak diperbolehkan masuk surga kata Indra. Aku tidak akan pergi. Istri dan adik-adikku telah pergi meninggalkan aku sendirian, tetapi anjing ini dengan setia mengikutiku kemana aku pergi. Apabila aku pergi kesurga meninggalkan anjing ini sendirian, manusia macam apa aku ini? Indra yang takjub mendengar kata-kata Yudhistira beranjali menghormat kepada Yudhistira. Tiba-tiba si anjing telah berubah menjadi Yama, sang dewa Dharma, avatar Yudhistira. Dia memuji Yudhistira dan mengajaknya naik ke
surga.
              Sesampainya di
surga, Yudhistira melihat para Kurawa dan Sengkuni sedang berpesta pora. Indra berkata bahwa para Kurawa masuk surga karena mereka membela tanah air mereka, sehingga mendapat karma untuk tinggal di surga. Kemudian Yudhistira bertanya, kemana istri dan adik-adiknya? oleh Indra Yudhistira diajak ke neraka dimana Drupadi, adik-adiknya dan Karna disiksa di neraka karena dosa-dosa mereka. Yudhistira berkata kepada Indra, biarlah aku tinggal disini bersama istri, kakak dan adik-adikku. Apalah arti sebuah surga apabila saudara-saudaramu dan orang-orang  yang kamu cintai tidak bersamamu?
Indra yang melihat ketulusan hati Yudhistira sekali lagi menghormat kepada Yudhistira. Seketika itu juga suasana berubah total. Neraka berubah menjadi surga dan surga menjadi neraka. Para kurawa dan Sangkuni kini tersiksa dineraka. Yudhistira, Drupadi, Bhima, Arjuna, Nakula, Sadewa dan karna telah menebus dosa mereka, kini mereka telah moksa tinggal di surga